Selasa, 10 Februari 2015

ASUHAN PADA NEONATUS BAYI DAN BALITA DENGAN MASALAH DIAPER RUSH


MAKALAH
ASUHAN PADA NEONATUS BAYI DAN BALITA
DENGAN MASALAH DIAPER RUSH
 

Disusun oleh :


Nama                            : Meri Wahyuni
NIM                               : 13211358
Tingkat                         : II A
Dosen Pembimbing      : Dian Furwasyih,S.Keb Bd

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan Neonatus yang berjudul Makalah Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Dengan Masalah Diaper Rash.
Selama proses penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, teman – teman yang telah membantu dan memberi dukungan terhadap penulis sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca maupun dosen pembimbing sangat di harapkan demi perbaikan untuk masa-masa yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November   2014

Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................      i
DAFTAR ISI ..............................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang ................................................................................ 1
  2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
  3. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
  4. Manfaat Penulisan ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  1. Pengertian Diaper Rash.................................................................... 5
  2. Patofisiologi Dan Manifestasi Klinis .............................................. 6
  3. Cara Pencegahan Diaper Rash Pada Bayi ....................................... 7
  4. Perawatan Pada Bayi Yang Mengalami Diaper Rash...................... 8
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................      9
BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................      20
BAB V PENUTUP
  1. Kesimpulan ..................................................................................... 21
  2. Saran ............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................      23
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Penyakit kulit bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki, perempuan, orang dewasa, kanak-kanak bahkan bayi. Karena anatomi kulit yang sangat berbeda dengan orang dewasa, bayi merupakan kelompok usia yang sangat rentan terhadap gangguan kulit.
 Menurut Bernard Cohen, M.D, direktur ilmu kesehatan kulit anak dari Johns Hopkins Children's Center, kulit merupakan organ bertindak sebagai benteng pertahanan terhadap beragam elemen yang mengancam tubuh mulai dari sinar matahari hinga bakteri. Pada tahun pertama, seorang bayi akan sangat rentan terhadap gangguan  karena lapisan kulit mereka belum sempurna. Pasalnya dibutuhkan waktu hingga satu tahun bagi epidermis kulit untuk berkembang dengan cepat dan berfungsi secara efektif.
Incidence rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda di setiap negara, bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok dan mungkin juga berhubungan dengan faktor cuaca. Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popok berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun pertama.
Menurut laporan Journal of Pediatric terdapat 54% bayi berumur satu bulan yang mengalami diaper rash setelah memakai ”disposable diape” yang pertama kali dibuat oleh Victor Miller tahun 1950 dengan nama Pampers dan populer diseluruh dunia yang semula diharapkan ibu-ibu agar bayinya nyaman dan tetap kering, namun akhirnya tetap kembali pada popok kain hasilnya tetap sama.

Setiap anak yang menggunakan popok maka berpotensi untuk menderita ruam popok. Hampir 50% bayi pemakai popok mengalami diaper rash yang mengakibatkan bayi rewel dan susah tidur (liputan 6 com jakarta 2000). Berdasarkan penelitian Philipp dan kawan-kawan seperti dipublikasikan dalam ”the Alspae Survey Team British Journal of General Practicepate” sejak tahun 1997 dikatakan semua anak akan menderita ruam popok minimal satu kali selama masa kanaknya (http.www balita anda 2001).
Angka diaper rash pada bayi yang menggunakan disposable diapers meningkat dari 7,1% hingga 61%, sementara mark pearer dalam artikelnya yang berjudul ”deaper debate-not over yet” menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka peningkatan diaper rash dari 7% sejak tahun 1955 sampai 78% pada tahun 1991. Hingga tahun 2008 ini masih mencapai 50% mengalami diaper rash untuk pemakaian berbagai macam jenis popok baik disposible diaper maupun kain popok (http://dienascafe-wordpress.com. 2008).
Pengetahuan pemakaian popok pada bayi dan anak-anak usia lima tahun (balita) diindonesia masih rendah. Padahal, kesalahan pada pemakaian popok menjadi ancaman terhadap bayi. Dampak buruk pada peemakaian popok yang salah selain menggangu perkembangan pertumbuhan bayi dan balita, hal ini diuraikan oleh dr Siti Aisyah, SpKK, seorang pakar kesehatan kulit di Jakarta.
            Ruam popok merupakan radang kulit yang biasa terjadi didaerah yang ditutupi popok. Misalnya alat helamin, lipatan paha dan pantat. Ruam popok ini sering terjadi karena kulit sering terpapar (bersentuhan ) dengan air seni atau tinja sehingga kulit tampak kemerahan, di sertaia dengan bintik-bintik (Jeniriana. R, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh RSUD Arifin Ahmad pekanbaru, bahwa bayi yang dirawat diruangan kamar 1 pada bulan januari sampai desember 2009 berjumlah 2172 bayi. Dari hasil observasi atau studi pendahuluan dengan teknik wawancara di bangsal kamar 1 RSUD Arifin Ahmad pekanbaru, pada tanggaal 1 April 2010 didapatkan dari 10 ibu hanya 5 ibu yang mengetahui ruam popok dan 5 diantaranya tidak mengetahui ruam popok, disebabkan karena kurangnya pngetahuan ibu, kecendrungan kesalahan dalam pemakaian popok yang salah dapat menggangu kesehatan kulit dan perkembangan pertumbuhan pada bayi.
               Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penetilian mengenai “ Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Bayi Dan Balita Dengan Masalah Diaper Rash”.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
  1. Apa pengertian dari diaper rash?
  2. Apa patofisiologi dan manifestasi klinis diaper rash ?
  3. Bagaimana cara mencegah diaper rash pada bayi?
  4. Bagaimana perawatan pada bayi yang mengalami diaper rash?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan dari penulisan yaitu :
  1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus bayi dan balita dengan kasus diaper rash dan mampu mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
  1. Tujuan Khusus
  2. Mampu mengumpulkan pengkajian data subjektif
  3. Mampu mengumpulkan pengkajian data objektif
  4. Mampu menganalisais berdasarkan data subjektif dan objektif
  5. Mampu melakukan penatalaksanaan dari analisi data subjektif dan objektif
  6. Mampu melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
 4. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Memberikan pengalaman dan mengembangkan kemampuan ilmiah dalam belajar yang merupakan modal untuk melaksanakan pembelajaran dan perkuliahan baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.
2. Bagi pembaca
Agar dapat dijadikan sebagai bahan dalam pembelajaran dan perkuliahan dan agar pembaca lebih memiliki pengalaman dan mengembangkan kemampuan ilmiahnya.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai indikator dalam mengevaluasi proses akademik yang sedang berlangsung dan memberikan masukan pengetahuan dalam ilmu kebidanan.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

  1. Pengertian Diaper Rush
Ruam popok sering disebut juga dengan diaper rash atau diaper dermatitis. Ada beberapa pengertian tentang ruam popok :
Ruam popok atau diaper rash atau diaper dermatitis merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia yang terkandung dalam urine dan faeces ( Harianto,1998 dalam Nursalam,dkk, 2008).
Ruam popok atau diaper rash atau diaper dermatitis adalah akibat akhir karena kontak yang terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik, sehingga menyebabkan iritasi/dermatitis pada daerah perianal (Depkes RI,1994).
Diaper rush atau dermatitis popok atau ruam popok adalah satu dari gangguan kulit paling umum pada bayi, merupakan salah satu gangguan kulit inflamasi akut yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh penggunaan popok. Puncak usia terjadinya gangguan ini adalah usia 9 sampai 12 bulan, dan insidensi lebih besar pada bayi yang minum susu botol dibandingkan yang menyusu ASI (Wong,dkk,2008).
Diaper rush atau ruam popok (penyakit kulit popok) adalah ruam merah terang disebabkan oleh iritasi dari kulit terkena urin atau kotoran yang berlangsung lama di bagian mana saja di bawah popok anak (Wafi,2010).
Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus menerus dengan lingkungan yang tidak baik. (Dewi,2010).

 2. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Dermatitis oleh karena popok atau diaper disebabkan oleh karena paparan urine dan kotoran yang berkepanjangan ditambah dengan tekanan dan gesekan diaper (Kosim,dkk,2009).
Dermatitis popok disebabkan oleh kontak yang lama dan berulang dengan iritan (misalnya urine, feses, sabun, detergen, salep, dan gesekan). Walaupun iritan pada mayoritas insidensi adalah urine dan feses, komponen spesifik yang menyebakban iritasi meliputi kombinasi dari berbagai faktor (Wong,dkk,2008).
Faktor yang ikut berperan dalam patofisiologi ini adalah seringnya kulit basah oleh karena keringat, urine, feses, yang mana memudahkan kulit mendapat gesekan dari bahan diaper dan iritasi oleh peningkatan pH kulit oleh ammonia pada urine dan aktifasi protease dan lipase feses dalam lingkungan alkali. Apabila urin yang alkali disertai feses terjadi bersama sama maka akan menyebabkan iritasi. Bayi yang mendapat ASI mempunyai pH feses yang rendah, dimana pada bayi ini kejadian dermatitis oleh karena diaper rendah (Kosim,dkk,2009).
Kontak kulit yang lama dengan popok basah menghasilkan lebih banyak gesekan, kerusakan abrasi yang lebih besar meningkatkan permeabilitas transepidermal, dan meningkatkan jumlah mikroba. Oleh sebab itu, kulit yang sehat menjadi kurang resisten terhadap kemungkinan iritan. Walaupun ammonia juga diduga menyebabkan ruam popok karena kaitan antara bau yang kuat pada popok dan dermatitis, amonia saja tidaklah cukup. Fungsi penting urine berhubungan dengan peningkatan pH akibat pemecahan urea jika terdapat urease feses. Peningkatan pH meningkatkan aktivitas enzime fekal, terutama protease dan lipase yang bertindak sebagai iritan. Enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas kulit terhadap garam empedu, potensial iritan lain dalam feses (Wong,dkk,2008).
Erusi pada dermatitis popok dapat dimanifestasikan terutama pada permukaan cembung atau pada lipatan. Lesi dapat muncul dalam berbagai tipe dan konfigurasi. Erupsi menyerang kulit yang kontak dekat dengan popok (misalnya permukaan cembung bokong, paha bagian dalam) tetapi pada umumnya erupsi pada lipatan kulit disebabkan oleh iritan kimia, terutama dari urine dan feses (Wong,dkk,2008).
Penyebab diaper rash :
  • Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi
  • Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB/BAK
  • Tingginya frekuensi BAB(diare)
  • Adanya reaksi kontak terhadap karet , plastik, atau deterjen
(Dewi, 2010)
Tanda dan gejala diaper rash :
  • Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergen, sehingga muncul eritema
  • Erupsi pada daerah kontak nyang menonjol,seperti bokong, alat genital, perut bawah, atau paha atas
  • Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papila eritema, vesikula, dan ulserasi
(Dewi, 2010)
  • Apabila keadaan ini dibiarkan lebih dari 3 hari, maka bagian yang terkena ruam popok akan ditumbuhi jamur kandida albicans. (Nursalam, dkk, 2008)
 3. Cara Pencegahan Diaper Rash Pada Bayi
            Pencegahan agar bayi tidak terkena diaper rash diantaranya dengan menggunakan popok yang dibuat dengan gel yang menyerap, dengan menghindari popok plastik yang ketat atau celana yang memperangkap lembab, dan dengan sering mengganti popok ketika ngompol (Wafi, 2010).


 4. Perawatan Pada Bayi Yang Mengalami Diaper Rash
  1. Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat atau bokong. Sabun yang berlebihan dan keras sifatnya dapat menyebabkan iritasi.
  2. Sebaiknya gunakan kapas dengan air hangat atau kapas dengan minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
  3. Bila terdapat bintik kemerahan, berikan krem atau salep, dan biarkan terbuka untuk beberapa saat.
  4. Jaga agar kulit tetap kering dengan cara :
  5. Apabila menggunakan popok kain, perhatikan agar sirkulasi udara tetap terjaga.
  6. Apabila menggunakan popok disposable, pilihlah yang menggunakan bahan super absorbent yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mangandung gel penyerap. Gel ini menyerap air secara kuat sehingga kulit tetap kering dan dapat mengontrol PH urine/feses (Wong dan Athers,1992).
  7. Hindari penggunaan popok atau celana yang terbuat dari karet atau plastik.
  8. Penggunaan bedak talk dapat menjaga agar kulit tetep kering, tetapi sangat berbahaya jika masuk ke dalam saluran nafas dan dapat menyebabkan iritasi kulit perianal bila tercampur urine atau feses. Apabila ingin menggunakan bedak, gunakan bedak yang terbuat dari serbuk jagung (corn starch), karena relatif lebih aman. Tuangkan pada kasa/tangan/saput lalu taburkan pada bagian luar saja (Wong, 1992: 1045).
  9. Berikan posisi tidur yang selang – seling, terutama pada daerah pantat agar pantat tidak tertekan dan memberikan kesempatan pada bagian tersebut untuk kontak dengan udara.
  10. Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci sebaiknya direndam dulu dalam air yang dicampur acidum boricum, kemudian dibilas, lalu keringkan. Hindari penggunaan detergen atau pengharum pakaian.
  11. Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.  
(Nursalam, dkk, 2010)



















BAB III
TINJAUAN KASUS

Seorang bayi perempuan bernama bayi A berusia 9 bulan mengalami iritasi di daerah perineal yang meluas sampai ke pantat, dan paha bagian atas . Iritasi ini ditandai dengan munculnya warna kemerahan pada kulit dan bayi selalu rewel terutama saat area yang kemerahan tersentuh. Ibu juga mengatakan timbul bintil-bintil merah pada bagian bokong bayi. Tanda kemerahan yang luas ini terjadi setelah 2 hari yang lalu, ibu mengatakan sering memakaikan diapers (pampers) pada bayinya.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “A”
UMUR 9 BULAN DENGAN MASALAH
DIAPER RUSH
No. Register                            : -
Nama Pengkaji                        :Bidan M
Waktu Pengkajian                   : 26 November 2014
Tempat Pengkajian                  : Balun, Pakan Rabaa Tengah
1. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Identitas Bayi
Nama                                  : An. “A”
Jenis kelamin                      : Perempuan
Tanggal/ jam lahir               : 29 Januari 2014, pkl 23.30 wib
Identitas Ibu
Nama                      : Ny “I”
Umur                      : 25 thn
Suku/bangsa           : Caniago/
Minang/
Indonesia
Pendidikan             : Sarjana I
Pekerjaan                : Guru
Alamat                    : Balun, Pakan
RabaaTengah
Identitas ayah
Nama                      : Tn “E”
Umur                      : 25 thn
Suku/bangsa           : Panai/
Minang/
Indonesia
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan                : Wiraswasta
Alamat                    :Balun,Pakan
Rabaa Tengah

  1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan si bayi gelisah, susah tidur dan nampak bintik merah di daerah kelamin dan bokong si bayi, dan iritasi di daerah perineal yang meluas sampai ke pantat, dan paha bagian atas .
  1. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan. Usia kehamilan menurut ibu yaitu kurang lebih 9 bln. Keluhan selama kehamilan tidak ada. Ibu mengatakan tidak ada penyakit penyerta selama kehamilan.
  1. Riwayat persalinan sekarang
          Persalinan dengan SC pada tanggal 29 Januari 2014 pkl 00 WIB
          Bayi lahir tanggal 29 Januari 2014 pukul 30 WIB, jenis kelamin perempuan.

    4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit menular, menahun, ataupun menurun seperti asma, diabetes melitus, penyakit gangguan jiwa, dll.
  1. Riwayat sosial
Yang mengasuh bayi                                      : ibu dan keluarga
Hubungan dengan anggota keluarga              : anak kandung

DATA OBJEKTIF
  1. Keadaan Umum : Baik , kesadaran Compos Mentis Cooperatif (CMC)
  2. Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda vital :
Suhu                : 36, 5°C
Nadi                : 120 x/menit
TB                   : 60 cm
BB                   : 9,5 Kg
Pernapasan      : 55 x/ menit
  1. Pemeriksaan Fisik
  2. Kepala
Bentuk kepala simetris, bersih, .rambut hitam, tidak ada caput succedaneum, UUB dan UUK datar.
  1. Mata
Bentuk mata simetris, pupil normal, sclera berwarna putih, konjungtiva merah muda, tidak ada oedema.
  1. c. Hidung
Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung tidak ada, keadaan bersih.
  1. Mulut
Bentuk simetris, palatum normal, reflex hisap baik, bibi lengkap atas/bawah, gusi normal, warna bibir merah muda.
  1. e. Telinga
Posisi simetris kiri dan kanan, dan telinga teraba lunak, keadaan bersih, tidak ada sumbatan.
  1. f. Leher
Pembesaran vena jugularis tidak ada, pergerakan leher dapat bergerak ke kanan dan ke kiri.
  1. Dada
Simetris kiri dan kanan, mamae ada, tidak ada retraksi dinding dada.
  1. h. Perut
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran dan benjolan.
  1. i. Punggung bokong
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, dan nampak bintik merah-merah
  1. j. Ekstremitas
Jari tangan lengkap, posisi dan bentuk simetris kiri dan kanan, jari kaki lengkap, pergerakan aktif.
k.Genitalia
Lengkap, Terdapat labia mayora yang menutupi labia minora, nampak bintik-bintik merah di daerah kelamin dan bokong si bayi, dan iritasi di daerah perineal yang meluas sampai ke pantat, dan paha bagian atas .
  1. l. Anus
Tidak ada sumbatan
  1. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Adaptasi sosial            : anak masih malu- malu dan takut pada orang baru,
                                          dan belum bisa lepas dari ibu atau bapaknya
Bahasa                         : anak sudah bisa menggumamkan kata- kata yang
                                        belum bermakna misalnya ma.... ma... pa....
Motorik halus              : anak sudah bisa memegang benda kecil dengan jari
                                      jempol dan telunjuk tetapi belum begitu sempurna.
Motorik kasar              : anak sudah bisa berdiri dengan pegangan, anak bisa berjalan dengan dituntun dan belum bisa
                                     berdiri tanpa pegangan.





PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “A”
UMUR 9 BULAN DENGAN MASALAH
DIAPER RUSH
S
OAP
a.       Ibu melahirkan dengan SC pada tanggal 29 Januari 2014 pkl 23.00 WIB.
b.      Ibu mengatakan si bayi gelisah dan susah tidur dan nampak bintik merah pada daerah kemaluan dan bokong, dan bayi selalu rewel terutama saat area yang kemerahan tersentuh, ini terjadi setelah 2 hari yang lalu.
c.       Ibu mengatakan sering memakaikan diapers (pampers) pada bayinya.
a.       Bayi lahir tanggal 29 Januari 2014,
tanda-tanda vital :
suhu : 36,5°C
nadi : 120 x/menit
pernapasan : 55 x/ menit
BB : 3500 gr,
PB : 49 cm,
b.      Tampak bintik merah pada daerah kemaluan dan bokong, si bayi, dan iritasi di daerah perineal yang meluas sampai ke pantat, dan paha bagian atas .
Diagosa : Bayi berusia 9 bulan dengan masalah diaper rush.
Diagnosa potensial:
Potensial terjadinya penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur candida albikan.
Masalah : bayi susah tidur dan rewel (sering menangis)
Masalah potensial :
Gangguan aktivitas sehari - hari
a.       Memberi
tahu ibu untuk,
mengganti popok bayi setiap kali basah.
b.      Memberi
kan posisi tidur yang selang – seling, terutama pada daerah pantat agar pantat tidak tertekan dan memberi-
kan kesempa-
tan pada bagian tersebut untuk kontak dengan udara.
c.       Memba-suh pantat bayi dan mengeringkanya.
d.      Melepas popok dan membiar-kan kulitnya terkena angin.
e.       Menggunakan bedak talk dapat menjaga agar kulit tetap kering, tetapi sangat berbahaya jika masuk ke dalam saluran nafas dan dapat menyebabkan iritasi kulit perianal bila tercampur urine atau feses. Apabila ingin menggunakan bedak, gunakan bedak yang terbuat dari serbuk jagung (corn starch), karena relatif lebih aman. Tuangkan pada kasa/tangan/saput lalu taburkan pada bagian luar saja
f.       Memberi-tahukan pada ibu untuk menggunakan pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci sebaiknya direndam dulu dalam air yang dicampur acidum boricum, kemudian dibilas, lalu keringkan. Hindari penggu-naan detergen atau pengha-rum pakaian.
g.      Menjaga kebersihan tubuh dan lingkun-gan secara umum.



BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dilakukan dapat diketaui bahwa bayi tersebut mengalami masalah yang lazim dialami oleh bayi – bayi lainnya yaitu bayi dengan masalah diaper rash atau ruam popok atau diaper dermatitis.
Bayi tersebut menderita ruam popok/diaper rash disebabkan oleh karena orang tua dari bayi tersebut sering memakaikan popok pada bayinya dan juga karna ibunya tidak cepat mengganti popok/diaper bayinya ketika bayinya BAK maupun BAB.
Berdasarkan teori mengenai masalah yang dialami bayi tersebut, diaper rash dapat diobati dengan membiarkan bagian yang terkena ruam popok tersebut tetap kering/tidak lembab dan memberikan salep atau krim antibiotik pada area yang luka terkena diaper rash/ruam popok tersebut jika diperlukan.
Namun pada kasus tersebut setelah ditinjau lebih dalam diaper rash yang dialami oleh bayi “A” oleh orang tuanya diobati dengan cara orang tua bayi tersebut memberikan bedak talk pada daerah yang terkena ruam popok/diaper rash tersebut.
Penggunaan bedak talk pada bayi yang terkena masalah diaper rash dapat menjaga agar kulit tetap kering, tetapi sangat berbahaya jika masuk ke dalam saluran nafas dan dapat menyebabkan iritasi kulit perianal bila tercampur urine atau feses. Apabila ibu tetap ingin menggunakan bedak tersebut, gunakan bedak yang terbuat dari serbuk jagung (corn starch), karena relatif lebih aman. Caranya tuangkan pada kasa/tangan/saput lalu taburkan pada bagian luar saja yang terkena ruam popok/ diaper rash tersebut.

BAB V
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pembahasan dari kasusu yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Mahasiswa telah mampu nengumpulkan data subjektif dengan baik
  2. Mahasiswa telah mampu mengumpulkan data objektif dengan baik
  3. Mahasiswa telah mampu menganalisis data subjektif dan objektif dengan baik
  4. Mahasiswa telah mampu melakukan penatalaksanaan berdasarkan analisis data subjektif dan objektif
  5. Mahasiswa telah mampu melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP dengan baik
  1. SARAN
  2. Bagi penulis
Dengan adanya makalah ini, diharapkan bisa menambah, dan memberikan pengalaman serta mengembangkan kemampuan ilmiah dalam belajar bagi penulis yang nantinya dapat dijadikan modal untuk melaksanakan pembelajaran dan perkuliahan baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.
  1. Bagi pembaca
Dengan adanya makalah ini, diharapkan kepada pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan dalam pembelajaran dan perkuliahan dan agar pembaca lebih memiliki pengalaman dan mengembangkan kemampuan ilmiahnya.
  1. Bagi institusi pendidikan
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi proses akademik yang sedang berlangsung dan memberikan masukan pengetahuan dalam ilmu kebidanan tentang asuhan neonatus bayi dan balita dengan masalah diaper rash sehingga makalah ini dapat lebih dikembangkan untuk penelitian yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika
Kosim, M. Sholeh, dkk. 2014. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya
Nursalam, DR, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk
perawat dan bidan). Jakarta : Salemba Medika
Wong, Donna L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Vol 2.
Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar